Selasa, 31 Mei 2011

Memperindah Dunia Lebih Indah



Dunia ini begitu indah bila dinikmati,,karena tuhan memberikan segalanya kepada manusia termasuk kepadaku,dari bangun tidur,beraktifitas hingga tidur lagi dah berapa keindahan yang telah diberikan kepadaku, kitapun tak dapat menghitungna, namun terkadang aliran  materialism dan system liberalisme membuat kita melupakan semuanya…sedikit demi sedikt terbentuk dalam pikiran kenapa aku gak seprti si A, si B dll. Karena memikirkan hal itu, dunia tidak terasa Indah.
Hamper 5 tahunan aku tidak pernah menyentuh File ini,minimal menulis sepatah-dua patah kata karena terbentur dengan dunia pragmatis dan liberalis tadi…selama ini aku lebih banyak didunia praksis dengan menjadi pemimpin dalam sebuah OKP yang miskin financial,meski demikian prose situ telah membuat sedikit bangga karena bisa menjadi inspirasi perubahan bagi kelompok pinggiran, aku tidak bisa bermain music tapi orang-orang pinggiran itu telah membuat karya berupa 2 album, dan salah satu albumnya membuat aku dikenal orang. Aku tidak bisa merangkai kata menjadi tulisan yang baik, namun siswa-siswa ku di sana tlah mampu menuliskan masalah-masalah disekitarnya (meski aku belum melihat karya mereka). Mereka menjadi orang yang bersemangat dan penuh sejuta mimpi sebelumnya mereka minder dengan kondisi udik mereka. Bila melihat orang ‘kota’ mereka seolah tunduk kepada orang kota tersebut. Aku seringkali mengatakan kepada mereka “ kita boleh desa, tapi otak kita harus kota. Listrik boleh kita tidak nikmati saat ini, tapi jiwa dan pikiran kita harus selalu terang”
Kebangganku juga ketika mereka berdebat dan berdiskusi tentang tulisan sederhana yang mereka tulis, diskusi mereka hangat dan aku jadi iri kepada mereka karena waktu sekolah dulu,diskusi dan debat aku tidak dapatkan. Aku dapatkan ketika sudah dibangku perkulihan. Wah seandainya tradisi itu aku dapatkan di bangku sekolah dulu, kayaknya aku menjadi orang cerdas sekarang. Multi persoalan yang kami dapatkan, disaat kami memulai aktifitas disana. Ekonomi, guru yang minim karena lokasinya memang jauh, dan berbagai macam keterbatasan yang lain. Dan kami hanya menghibur diri dengan kata-kata “Tuhan bersama kita” mungkin benar yang dikatakan Mark Agama adalah Candu. Andai Mark masih hidup akan kuminta dia ikut bersama kami.
Lalu bagaimana dengan sekarang? Kok hidup ini rasanya makin tidak indah?berkarya dalam dunia akadmis kok terasa sulit banget!!!!!!!!!!otakku buntu, menulis sebait puisi saja kok sekarang tidak bisa-bisa, padahal dulu setaip hari, kertas dan pulpen tidak pernah berhenti untuk melukiskan keindahan dunia ini, ketika bertemu dengan masalah biasanya kutumpahkan pada paragraph-paragraf dalam diary dan terkadang kudiskusikan. Wah mau tulis apalagi ya, beginilah orang yang buntu otaknya karena tidak pernah membaca dan membaca. Membaca ja susah memahaminya! Cuma makan dan tidur aja garapanku.Meminjem lagu si ariel Ada apa denganku?bagaimana aku harus perindah dunia ini agar lebih indah?!!!

Guru Konstruktivis, Siswa pun Kritis


I.     PENDAHULUAN
“Tidak ada Pelajaran yang Membosankan, tapi yang ada adalah Guru yang Membosankan”
     Ungkapan diatas sangat singkat namun penuh makna, titik tekannya (streshing) terdapat pada kata-kata Guru membosankan. Guru merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran, bila proses pembelajaran kualitasnya rendah secara otomatis hasilnya rendah begitupula sebaliknya. Ketika kualitas pendidikan rendah, masyarakat akan ‘menghakimi’ institusi pendidikannya, dan dalam institusi tersebut ada guru, dan biasanya guru ‘disalahkan’ karena tidak bisa mengajar (kurang berkualitas) meski belum tentu kebenarannya.
     Penulis pernah membaca Koran lokal, tentang komentar seorang kepala dinas pendidikan yang tetap ngotot melaksankan ujian semester bersama (USB), yang soal-soal ujiannya dibuat oleh dinas pendidikan. Para pengkritiknya menganggap USB belum tepat dilaksankan karena belum meratanya fasilitias pendidikan yang diberikan kepada sekolah, lebih-lebih sekolah swasta dan pinggiran. Dan yang berhak menilai perkembangan siswanya adalah guru yang berinteraksi langsung dengan siswanya, bukan dinilai dari ‘kota’ yang lengkap fasilitasnya terutama guru-gurunya. Meski dikritik, kepala dinas tersebut tidak bergeming dengan kebijakannya, dengan alasan USB selain berguna menilai kemampuan siswa, juga melihat kemampuan guru dalam mengajar. Ia mengatakan “Bila nilai siswa jelek, maka kualitas gurunya pun rendah”.
Pernyataan tersebut bagi guru swasta dan pinggiran yang minim gaji dan fasilitas terasa begitu menyakitkan, karena mereka hanya memiliki modal dan semangat perjuangan demi anak bangsa. Ternyata kualitas mereka hanya dinilai dengan kemampuan siswa menjawab USB. Dan pemerintah tanpa memikirkan, bagaimana meningkatkan kualitas mereka. Kasus lain, dikalangan peserta didik (murid), sering terdengar mereka malas belajar bahkan tidak mau sekolah. Hal ini disebabkan, pelajaranya sulit. Selain itu, gurunya tidak bisa mengajar dan kadang-kadang guru membuat tegang (kiler), sering marah. 
     Dari dua persoalan tersebut, guru seolah-olah dianggap sebagai biang terhambatnya kualitas pendidikan, meski tidak sepenuhnya demikian. Untuk itu, persoalan diatas sebaiknya dianggap sebagai kritikan bagi guru. Lalu untuk menjawab kritikan tersebut, sebaiknya guru merevolusi strategi dan metode pengjarannya dengan memahami salah satu filsafat konstruktivisme dalam pendidikan, karena konstruktivisme telah mempengaruhi kemajuan pendidikan di banyak Negara Amerika, Eropa dan Australia. Di Indonesia, pemerintah mengaca pada kemajuan yang dicapai pendidikan barat telah membuat kebijakan kurikulum yang bernama Kurikulum Berbasis Komptensi (KBK) pada tahun 2004 dan sekarang dinamakan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Meski kesannya agak telat, namun mau tidak mau harus diterapkan untuk mensejajarkan Indonesia dengan bangsa lain. KBK maupun KTSP memiliki ruh Konstruktivisme yang memberikan ruang sepenuhnya kepada peserta didik untuk mengekpresikan kemampuan yang mereka miliki dan guru menjadi mediator dan fasilitator siswa. Dalam tulisan ini, penulis memaparkan ruh dari KBK yaitu Konstruktivisme dan salah satu implikasinya dalam pembelajaran yaitu pembelajara bermakna (meaningful leraning).
II.  PEMBAHASAN
a.      Asal usul Konstruktivisme
Konstruktivisme disebarkan oleh Jean Piaget, namun gagasan pokok konstruktivisme sudah dimulai oleh  Giambatista Vico[1], seorang epistemolog dari Italia. Dialah cikal bakal konstruktivisme.
Pada tahun 1710, Vico mengungkapkan filsafatnya dengan berkata, “ Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan.” Dia menjelaskan bahwa “ mengetahui’ berarti “mengetahui bagaimana membuat sesuatu.” Hal ini berarti bahwa seorang dapat dikatakan tau ketika ia mampu menjelaskan unsure-unsur apa yang membangun sesuatu itu. Menurut Vico, hanya Tuhan sajalah yang dapat mengerti alam raya ini karena Dia yang tahu bagaimana membuatnya dan dari apa Ia membuatnya, sementara manusia hanya dapat mengetahui sesuatu yang telah dikonstruksikanNya. Bagi Vico, pengetahuan selalu menunjuk kepada struktur konsep yang dibentuk, menurutnya pengetahuan tidak lepas dari orang (subyek) yang tahu. Pengetahuan merupakan struktur konsep dari pengamat yang berlaku.
Piaget menuliskan gagasan konstruktivisme dalam teori tentang perkembangan kognitif yaitu, bahwa pengetahuan kita peroleh dari adaptasi struktur kognitif kita terhadap lingkungan, seperti suatu organisme harus beradaptasi dengan lingkungannya untuk melanjutkan kehidupan.[2]
Piaget adalah psikolog pertama yang menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses belajar. Ia menjelaskan bagaimana proses pengetahuan seseorang dalam teori perkembangan intlektual. Ia mengamati kehidupan keong, yang setiap kali harus beradaptasi dengan lingkungannya. Piaget mempercayai bahwa setiap mahluk hidup perlu beradaptasi dan mengorganisasi lingkungan sekitar agar tetap hidup sehingga pikiran dan tubuh juga mengikuti pola yang sama. Oleh karena itu, ia berfikir bahwa perkembangan pemikiran juga mirip dengan perkembangan biologis, yaitu perlu beradaptasi dengan dan mengorganisasi lingkungan sekitar.[3]
Proses teori konstruktivis Piaget berdasarkan tahapan-tahapan, pertama, Skemata/Skemata; skema adalah suatu struktur mental atau kognitif  yang dengannya seorang secara intlektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya, misalnya bila anak pertama kali melihat kucing, maka ia akan membuat skema tentang kucing bahwa yang berkaki empat, bermata dua dan berbulu adalah kucing dan apabila ia melihat bintang lain seperti anjing misalnya, skema dalam pikirannya akan berkembang dan membuat perbedaan dan persamaan tentang kedua binatang yang telah dilihatnya. Sekema itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan mental anak.
Kedua, Asimilasi; merupakan proses kognitif, dengannya seorang akan mengintegrasikan persepsi, konsep, atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya, setiap orang mengalami proses asimilasi secara terus-menerus. Misalnya orang sudah punya schemata tentang kucing yang berkaki empat dan bermata dua, dalam proses asimilasi, schemata tentang kucing diperluas dan diperinci lebih lengkap, bahwa kucing memiliki beraneka macam jenis. Dengan bahasa lain, asimilasi adalah salah satu proses individu dalam mengadaptasikan dan mengorganisasikan diri dengan lingkungan baru sehingga pengertian menjadi berkembang.