Rabu, 01 Juni 2011

pengakuan

PENILAIAN PROYEK


PENDAHULUAN
Pembelajaran di sekolah merupakan aplikasi pelaksanaan kurikulum  dalam  mencapai tujuan pendidikan, yaitu terjadinya perubahan prilaku peserta didik kearah  positif. Guna mengetahui tercapai tidaknya suatu tujuan yang telah ditetapkan  dalam  kurikulum, maka dalam kegiatan pembelajaran diperlukan suatu alat ukur. Dalam pembelajaran alat ukur berfungsi sebagai alat untuk membantu  mengungkap kemampuan-kemampuan yang dimiliki  peserta didik. Hasil  pengukuran  merupakan input yang memberikan gambaran mengenai kemampuan peserta didik dan berfungsi sebagai indicator keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ada berbagai macam tehnik yang digunakan untuk menilai kemampuan peserta didik (dan sebagian sudah dibahas oleh pemakalah sebelumnya), Penialian dalam proses Pembelajaran merupakan kegiatan menghimpun fakta- fakta dan dokumen belajar peserta didik yang dapat dipercaya sebagai bagian dari  program Pembelajaran  di  kelas,  oleh  karenanya  penilaian  berfungsi membantu  guru  untuk merencanakan  kurikulum  dan  program  Pembelajaran, maka kegiatan penialian membutuhkan  informasi  yang  bervariasi  dari  setiap individu atau kelompok peserta didik serta guru. Guru dapat melakukan penilaian dengan berbagai macam cara sesuai dengan komptensi yang diinginkan.  Dalam tulisan ini akan dibahas tentang penialian proyek Proyek dan bagaimana proses penilaiannya?







PEMBAHASAN
Guru maupun pendidik perlu mengadakan penilaian terhadap hasil belajar siswa karena dalam pendidikan penilaian hasil belajar mempunyai makna yang penting bagi siswa, guru maupun sekolah. Adapun makna penilaian bagi ketiga pihak tersebut adalah :[1]
1.      Makna bagi siswa
Dengan diadakannya penilaian hasil belajar, maka siswa dapat mengetahui  sejauh mana telah berhasil mengikuti pelajaran yang disajikan oleh guru. Baik yang memuaskan maupun tidak memuaskan.
2.      Makna bagi guru
Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengethui siswa-siswai  yang sudah mencapai criteria ketuntasan minimal (KKM) komptesi yang diharapkan maupun yang belum. Dengan petunjuk ini guru dapat memfokuskan perhatiannya kepada siswa-siswa yang belum mencapai KKM.  Berdasarkan hasil penilaian yang diperoleh, guru akan dapat mengetahui apakah pengalaman belajar yang disajikan sudah tepat bagi siswa. Selain itu juga, guru akan  dapat mengetahui apakah pembelajaran yang digunakan sudah tepat atau belum.
3.      Makna bagi sekolah
Dengan penilaian akan dapat diketahui kondisi belajar maupun kultur akademik yang dibangun oleh sekolah sesuai dengan harapan atau belum. Hasil belajar siswa merupakan cermin kulitas sekolah.
a.    Pengertian Penilaian Proyek
Informasi hasil penilaian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai pertimbangan bagi sekolah untuk menyusun berbagai program pendidikan di sekolah untuk masa yang akan datang. Salah satu tehnik yang digunakan adalah penilaian Proyek. Penilaian proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu.[2] Penialaian ini dilakukan dengan memberikan tugas  yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. [3]Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman,kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas. Dalam penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang perlu dipertimbangkan yaitu: [4]
Kemampuan pengelolaan
Kemampuan peserta didik dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.
Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
Keaslian
Proyek yang dilakukan peserta didik harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

b. Teknik Penilaian Proyek
Penilaian proyek ini, penialainnya ditekankan pada proses dan produk kerja yang dilakukan oleh siswa.
Penilaian yang menekankan pada proses, bertujuan melihat kemampuan siswa dalam merencanakan dan mengorganisir tugas-tugasnya serta mendorong siswa untuk bekerjasama dengan siswa yang lain sehingga terbangun kebersamaan (team Work), kerja sama dalam kelas merupakan proses belajar dua arah. Anak yang belajar dan mengajari sama-sama belajar untuk memahami suatu hal, dengan ini akan tumbuh rasa solidaritas di antara teman dan anak juga peduli dengan teman yang lain.
Langkah yang perlu dilakukan dalam penilaian proyek yang berfokus pada proses yaitu :
1.      Merencanakan penilaian
-  Hal ini bertujuan melihat kesesuiannya dengan kompetensi yang dituntut kurikulum, misal:
 1. Kerja ilmiah : kerja ilmiah merupakan kerja yang dilakukan menurut teori-teori ilmiah, dalam SD/MI biasanya menggunakan teori-teori sederhana yang mudah diterapkan oleh siswa.
 2. Berpikir dan bekerja sistematik; artinya siswa dapat menerapakan pengetahuannya dengan baik sesuai dengan langkah-langkah yang harus dilakuakan, tahap demi tahap.
 3. Menggunakan alat sains ; misalnya mengamati (observasi) dengan menggunakan alat sain seperti LUV, mikroskop, dan lain-lain.
 4. Kerja matematik ;merupakan keterampilan menghitung,untuk melatih logika mereke.  siswa dapat dilatih menghitung dengan sederhana, misalnya menghitung kelereng, batu kerikil, rumah dan lain-lain. Semakin tinggi tingkat sekolah anak, semakin sulit soal-soal menghitung  yang ditugaskann kepadanya.[5]
 5. Mengumpulkan data ; kemampuan mengumpulkan data merupakan hal yang penting dalam   penialain proyek karena, dengan keterampilan ini siswa akan mengetahui data-data yang dibutuhkan dalam penelitian mininya.
Ø Dapat dikelola, Karena siswa yang akan dinilai siswa SD/MI maka topik yang diberikan guru hendaknya Topik tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit, Tidak terlalu mudah dan tidak terlalu sulit. Penetuan topic ini dilakukan oleh guru.

2.      Merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada proses ; yang harus dilakukan adalah :
a.       memilih topik, topik yang dipilih tentunya berkaitan dengan kebutuhan siswa maupun kemampuan siswa dan teradpat dalam komptensi dasar KD, dapat dipilih oleh siswa dari topik-topik yang  disediakan guru.
b.      memetakan area yang akan dicakup  (dapat ditempuh dgn curah pendapat, jaring area yg akan dicakup.
Contohnya sebagai berikut :
Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis. Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat menggunakan alat/instrument penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian. Beberapa contoh kegiatan peserta didik dalam penilaian proyek:
Tugas : lakukan penelitian sederhana tentang kandungan yudium dalam garam yang beredar di masyarakat .


Selanjutnya penilaian yang berfocus pada produk, langkah-langkah yang harus dilakukan ialah :
1.                   Merencanakan penilaian, rencana penilaian hendaknya menerapkan langkah-langkah sebagai berikut :
Ø  Melihat kesesuiannya dengan kompetensi yang dituntut kurikulum, misal:
a.           Pengumpulan informasi khusus
b.          Interpretasi data
c.           Memaparkan hasil/laporan

Ø  Dapat dikelola
2.                   Merancang spesifikasi proyek yang berfokus pada produk :
- Ditentukan lingkup dan cara pengumpulan data
                 - Ditentukan cara presentasi/pelaporannya
- Ditentukan dan dikomunikasikan kriteria    penilaiannya (misal: 20% untuk proses, 80%  untuk produk yg terbagi 50% untuk isi   laporan, 30 % penyajian laporan)

c.    Pencatatan Penilaian Proyek
Penilaian proyek dapat dicatat dengan tiga cara :
  1. Holystic rating
Penilaian Proyek oleh Siswa
Contohnya :
5          : sangat bagus,   komentar ….
4          : bagus,              komentar ….
3          : sedang,             komentar …
2          : kurang,             komentar …
1          : sangat kurang, komentar …
0          : tdk memenuhi, komentar …    

  1. Analytic rating
Nama:…………………….      Kerja Praktik
1.                   Penggunaan bahasa dan simbol statistik dengan benar (3 poin) _____
            Komentar: …….
2.                   Membuat tabel dan grafik dengan benar (3 poin) ___
Komentar: ……
3.                   Benar dlm penghitungan statistik (3 poin) __
Komentar: …………………..
4.                   Benar dlm memilih bentuk tabel, grafik, dan penyimpulan statistik (3 poin) ___
Komentar: …………
5.                   Deskripsi dan interpretasi data masuk akal (3 poin) ….
                        Komentar: ……
6.                   Penyimpulan memadai (3 poin) ……………
TOTAL SKOR (18 POIN) …………

  1. Analytic cheklist
Contoh analitic checklist
n  ABSTRAK/RINGKASAN
  1. Ada pernyataan singkat menginformasikan ke pembaca (ya/mgk/tdk)
  2. Pernyataan mengindikasikan bidang tertentu (ya/mgk/tdk)
  3. Menyebutkan metodologi yg digunakan (ya/mgk/tdk)
  4. Pernyataan menggambarkan titik tolak  pembicaraan dan penyimpulan
  5. Apakah sesuai dengan bahan yg digunakan (ya/mgk/tdk)
n  PENDAHULUAN
  1. Pokok persoalan diperkenalkan (ya/mgk/tdk)
  2. Problem/data/investigasi sesuai konteks (ya/mgk/tdk)
  3. Ada eviden ttg perencanaan? Jika ya, apakah perencanaan itu diikuti (ya/mgk/tdk)
  4. Siswa mengetahui hakikat penelitian (ya/mgk/tdk)
n  ISI
  1. Isi logis, argumennya masuk akal (ya/mgk/tdk)
  2. Apakah penghitungan/analisis benar (ya/mgk/tdk)
  3. Analisis yang digunakan memenuhi standar (ya/mgk/tdk)
  4. Penentuan keputusan / hasil / pembandingan / mempertentangkan / kritik / generalisasi benar (ya/mgk/tdk)
  5. Tetap/tidak melenceng dari gagasan awal (ya/mgk/tdk)
  6. Proyek sesuai dengan rancangan semula (ya/mgk/tdk)
  7. Siswa memahami dan bertindak sesuai dgn advis supervisor (ya/mgk/tdk)
  8. Apakah kerangka penelitian original (ya/mgk/tdk)
  9. Apakah siswa mempelajari hal yg baru (matematik, aplikasi program, teknik (ya/mgk/tdk)
  10. Apakah ini karya asli siswa (ya/mgk/tdk)

d.   Pelaporan
Contoh:
Tahap 1 Guru menggunakan 7 kriteria dalam 6 skala
1.    Presentasi tugas ( 1  2  3  4  5  6 7)
2.    Penggunaan referensi ( 1 2 3 4 5 6 7 )
3.    Uraian ( 1 2 3 4 5 6 7 )
4.    Kedalaman penelitian ( 1 2 3 4 5 6 7 )
5.    Pemahaman pada persoalan (1 2 3 4 5 6 7 )
6.    Analisis, interpretasi akurat ( 1 2 3 4 5 6 7 )
7.    Pemilihan visualisasi memadai ( 1 2 3 4 5 6 7 )

Tahap ke 2: guru menentukan level pencapaian A – E
A : Siswa menghasilkan penelitian luar biasa
B : Siswa menghasilkan penelitian sgt bagus
C : Siswa menghasilkan penelitian bagus
D : Siswa menghasilkan penelitian kurang
E : Siswa menghasilkan penelitian sangat    kurang

Contoh lembar spesifikasi pengumpulan data
Nama……………………..
KERANGKA PROPOSAL
Ø  Lingkup minat: ……………………………
Ø  Kemungkinan judul: …………………………
Ø  Tujuan studi: …………………………………….
STRATEGI KERJA
Ø  Hipotesis kerja/tujuan/model……..
Ø  Pengumpulan dan sumber data……
            SUMBER DAN BATASAN
Ø Lokasi studi            :…….
Ø Alat dan bahan :……..
Ø Biaya :…………
Ø Waktu :…………….
Ø Keterampilan :…..
Ø Antisipasi Problem :………
BATAS STUDI                                        PRESENTASI
n  Penelitian berakhir pada……………   A4 dlm file terjilid
n  Draf pertama selesai pada…………   Ringkasan 50 kata, daftar isi
n  Penyerahan terakhir pada…………   1500-2000 kata, tidak termasuk
                                                                  diagram dan peta
KOMENTAR UMUM ………………………………         


  
             


PENUTUP
Penilaian mutlak dilaksanakan dalam pembelajaran karena dengan penilaian akan menentukan sejauh mana tujuan dari pembelajaran tercapai. Apabila setelah melakukan penilaian, dan hasilnya kurang memuaskan maka seorang pendidik (guru) akan memikirkan langkah-langkah yang efektif, bagaimana mewujudkan tujuan pembelajaran.
Salah satu tehnik penilaian ialah penilaian proyek. Penilaian proyek merupakan penilaian untuk mendapatkan gambaran kemampuan menyeluruh/umum secara kontekstual, mengenai kemampuan siswa dalam menerapkan konsep dan pemahaman mata pelajaran tertentu. Caranya dengan memberikan tugas kepada siswa yang harus diselseikan dalam periode/waktu tertentu. Sehingga akan nampak pemahaman dan kemapuan siswa dalam mengaplikasikan, mengkomunikasikan pengetahuan yang telah dipelajari. Penilaian proyek ini, penialainnya ditekankan pada proses dan produk kerja yang dilakukan oleh siswa. Pencatatan penilaian proyek dilakuakan dengan cara Holystic rating, Analytic rating, Analytic checklist.
DAFTAR PUSTAKA
                Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Komptensi Guru, Bandung : Rosda Karya, cet ke 7, Januari 2011.

                Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta : Gramedia, cet -4, 1998.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL  BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN  PUSAT  KURIKULUM  JAKARTA, 2004.

                Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat  Satuan Pendidikan SD/MI Pusat Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Diknas 2006.

S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Oktober 2010
 




[1]               S. Eko Putro Widoyoko, Evaluasi Program Pembelajaran Panduan Praktis Bagi Pendidik dan Calon Pendidik, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, Oktober 2010, hlm.36
[2]               DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL  BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN  PUSAT  KURIKULUM  JAKARTA, 2004

[3]               Abdul Majid, Perencanaan Pembelajaran, Mengembangkan Standar Komptensi Guru, Bandung : Rosda Karya, cet ke 7, Januari 2011, hlm. 207
[4]               Model Penilaian Kelas Kurikulum Tingkat  Satuan Pendidikan SD/MI Pusat Penelitian dan Pengembangan Kurikulum Diknas 2006.
[5]               Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses, Jakarta : Gramedia, cet -4, 1998,hlm. 21

implementasi manajemen madarasah


IDE-IDE DAN STRATEGI MANAGEMEN MADRASAH IBTIDAIYAH

PENDAHULUAN
            Lahirnya Madarasah (MI) merupakan bentuk counter terhadap pendidikan sekuler yang dibawa oleh Belanda saat masa kolonial. Dimana pendidikan yang didirikan oleh Belanda adalah dampak dari politik balas budi, sehingga yang dapat mersakan pendidikan modern saat itu hanya oerang-orang tertentu, misalnya kelas ningrat. Sementara masyrakat pribumi dapat merasakn pendidikan hanya di pesantern yang system pengajarannya bersifat tradisional dan diajarkan pengetahuan agama. Untuk menyeimbagkan antara pelajaran ‘umum’ dan agama oleh tokoh masyarakat yang peduli dengan pendidikan dibentuklah lembaga pendidikan yang dinamakan dengan madrasah.
Kini madrasah dipahami sebagai lembaga pendidikan Islam yang berada di bawah Sistem Pendidikan Nasional dan berada di bawah pembinaan Departemen Agama. Lembaga pendidikan madrasah ini telah tumbuh dan berkembang sehingga merupakan bagian dari budaya Indonesia, karena ia tumbuh dan berproses bersama dengan seluruh proses perubahan dan perkembangan yang terjadi di dalam masyarakat. Kurun waktu cukup panjang yang dilaluinya, yakni kurang lebih satu abad, membuktikan bahwa lembaga pendidikan madrasah telah mampu bertahan dengan karakternya sendiri, yakni sebagai lembaga pendidikan untuk membina jiwa agama dan akhlak anak didik. Karakter itulah yang membedakan madrasah dengan sekolah umum. 
Pertumbuhan lembaga pendidikan madrasah, sebagian besar dari swadaya masyarakat yang didirikan dengan niat agar dapat memberikan pendidikan yang lebih baik kepada anaknya untuk pendidikan umum dan agama.  Hal ini tampak jelas status madrasah 91,5% berstatus swasta sedangkan yang berstatus negeri atau dikelola oleh pemerintah hanya berjumlah 8,5%. Dan keuangan madrasah berasal dari peran serta masyarakat yang digunakan untuk gaji dan honor guru dan karyawan (Direktorat Pendidikan Madrasah 2004-2005).
Harapan masyarakat untk memperoleh pendidikan umum dan agama yang bermutu dan murah sangat tinggi, namun madrasah secara umum belum menunjukkan harapan tersebut. Madarasah dalam pandangan masyarakat merupakan lembaga pendidikan yang kurang bermutu, pinggiran, dan semeraut. Ibaratnya kata pepatah hidup segan mati tak mau. Citra ini melekat hingga sekarang. Apa yang terjadi dengan pendidikan madarsah?
Asumsi-asumsi yang berkembang, bahwa ‘mundur’nya madrasah disebabkan oleh kebijakan yang tidak memihak kepada madrasah akibatnya minim anggaran untuk membiayai pembelajaran di madrasah, asumsi ini ada benarnya namun hal ini tidak menjadi akar persoalaan karena sekolah-sekolah non Islam banyak yang maju dan bermutu kendati minim bantuan dari pemerintah. mengutip pendapat Prof. Sutrisno bahwa sekolah-sekolah maju dan bermutu seperti sekolah swasta yang dikelola non Islam berkembang pesat dan bermutu dikerenakan pengelolaan (manajemen) mereka yang kuat. Sementara madarasah manajemennya masih lemah.
Sehingga perlu untuk kita diskusikan, dan dalam makaklah ini akan dibahas persoaalan manajemen tersebut, bagaimana ide-ide dan strategi manajemen pendidikan madrasah.



PEMBAHASAN
Setiap masyarakat tidak akan lepas dari manajer dan manajemen. Pekerjaan manajer tidak lepas dari institusi yang lebih dikenal dengan nama organisasi. Manajer merupakan orang yang melakukan kegiatan manajemen atau kegiatan proses manajemen. Kegiatan perencanaan, pengorganisasiaan, pengarahan dan pengendalian.[1] Manajemen menginginkan tujuan tercapai dengan efektif yaitu kemampuan menggunakan sumberdaya dengan benar, tidak membuang sumber daya yang tidak perlu dan efisien merupakan mengerjakan sesuatu yang benar, artinya semakin seseorang dekat sampai tujuan yang diharapakan maka programa atau kerja yang dilakukan dikatakan efektif.
Pada dasarnya manajemen memiliki empat (4) kerangka dasar yaitu perencanaan, pengorganisasi, pengarahan dan pengendalian. Perencanaan (planning) berarti kegiatan menetapkan tujuan organisasi dan mencari cara terbaik untuk mecapai tujuan tersebut. Adapun manfaat dari perencanaan ini (1) mengarahkan kegiatan organisasi meliputi penggunaan sumberdaya dan penggunaanya untuk mencapai tujuan organisasi (2) menguatkan komitmen anggota organisasi agar sesuai dengan tujuan organisasi dan (3) memonitor kemajuan organisasi.[2]
Pengorganisasian (Organizing) merupakan kegiatan mengkoordinir sumberdaya, tugas, dan otoritas diantara anggota organisasi agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan cara yang baik dan efektif dan efisien, misalnya dalam sebuah organisasi terdapat strukutur organisasi atau divisi-divisi yang memiliki tugas masing-masing namun tetap saling berkoordinasi dan bertangung jawab kepada pimpinan organisasi. Setelah struktur organisasi ditetapakan, orang-orangnya ditentukan langkah selanjutnya ialah pengarahan (leading) artinya membuat bagiamana orang-orang tersebut bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Pimpinan (Leader) harus mengarahkan anggotanya. Meliputi kegiatan memberikan pengarahan, mempengaruhi orang lain dan meberi motivasi anggotanya untuk bekerja dengan baik. Bagaimana membuat orang bekerja dengan baik merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Pimpinan sebagai manajer harus mampu menciptakan suasana yang mendorong orang untuk bekerja.
Kerangka proses manajemen selanjutnya ialah pengendalian (Controling). Pengendalian bertujuan untuk melihat apakah kegiatan organisasi sesuai dengan rencana. Fungsi pengendalian meliputi empat macam, (1) menentukan standar prestasi, (2) mengukur prestasi yang telah dicapai, (3) membandingkan prestasi yang telah dicapai dengan standar prestasi, dan  (4) melakuakan perbaikan jika ada penyimpanga dari standar prestasi yang telah ditentukan, dan kemudian kembali lagi ke fungsi perencanaan untuk periode selanjutnya.
Manajemen dalam Madarasah
Setelah sekilas kita membahas tentang manajemen yang sudah juga dibahas secara gamblang oleh pemakalah sebelumnya, lalu bagaimana dengan madrasah? apa hubungan madrasah dengan manajemen. Madarasah merupakan sebuah institusi atau organisasi pendidikan yang memiliki keunikan tersendiri  dan terdiri dari sekelompok orang (dua atau lebih) yang bekerja sama dengan terkoordinasi, dengan cara terstruktur, untuk mencapai tujuan tertentu. Sehingga manajemen pendidikan adalah manajemen yang diterapakan dalam pengembangan pendidikan. Artinya, ia merupakan seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan Islam untuk mencapai tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.[3] Dan salah satu bentuk pendidikan Islam itu ialah madrasah.
 Sejak awal berdirinya madrasah bertujuan mewujudkan generasi Islam yang menguasai ilmu agama dan memahami ilmu umum dengan kata lain madrasah bertujuan untuk  menyeimbangkan antara ilmu umum dan agama. Namun pada kenyataannya jarang sekali siswa madarasah mampu bersaing dengan sekolah umum. Lalu untuk mewujudkan gagasan awal pendirian madrasah yaitu menciptkan generasi Islam yang bermutu perlu dilakuakn pembenahan-pembenahan dalam hal pengelolaan (manajemen) komponen-kompnen madarasah.
Adapun komponen-komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, manajemen pelayanan khusus, dan manajemen waktu.[4]
a.       Manajemen Kerikulum dan Program Pengajaran
Mulai tahun 2006/2007, Departemen Nasional menerapakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP memberikan keluasan kepada sekolah untuk mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi sekolah dan potensi daerah sekitar (local). Pengembangan krikulum muatan local bertujuan agar peserta didik mencintai dan mengenal lingkungannya, serta mau dan mampu melestarikan dan mengembangkan sumber daya alam, kualitas social, dan kebudayaan yang akan menjadi pedukung pembanguna nasional maupun pembangunan local sehingga siswa tidak terlepas dari akar social budayanya. Sekolah merupakan ujung tombak pelaksanaan kurikulum, kurikulum nasional dan local, yang diwujudkan dalam pengajaran. Agar proses belajar dan mengajar dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien diperlukan kegiatan manajemen program pengajaran. Manajer yang ada di Madrasah adalah kepala madrasah atau pimpinan yayasan, manajer dalam pendidikan memiliki peran strategis, karena posisi tersebut menentukan pelaksanaan di lapangan, seorang manajer pendidikan adalah orang yang jeli dan cerdas membaca peluang, responsive, dan proaktif dalam memecahkan masalah yang dihadapi.[5] Dan juga harus membimbing dan mengarahkan pengembangan kurikulum dan program pengajaran serta melakukan pengawasan dalam pelaksanaanya. Kepala madrasah bertanggung jawab terhadap perencanaan, pelaksanaan dan penilaian perubahan atau perbaikan program pengajaran di madrasah.
Kepala Madrasah sebagai manajer di madrasah adalah seorang pemimpin yang kapabel, visioner, dan dinamis.[6] Pimpinan madrasah harus mencerminkan keteladanan dalam mengawal proses kemajuan ke arah yang lebih intens dan tepat.[7]   Manajamen yang professional dan pemimpin yang kapabel dapat membawa madrasah maju mengungguli sekolah lainnya. Manajemen yang baik harus dipalikasikan oleh pimpinan madrasah yang baik pula, dan pimpinan madrasah yang baik membutuhkan manajemen yang baik. Dua hal ini saling melengkapi secara sinergis, tidak bisa dipisah-pisahkan.
Manajemen yang baik tanpa pemimpin yang baik, tak akan mampu mengerakkan kemajuan secara cepat dan tepat. Pemimpin yang baik tanpa manajemen yang baik akan membuat program-program madrasah berjalan lamban, stagnan, dan tidak ada sinergi secara professional dengan elemen yang lain. Jadi keduanya harus ditata rapi, sistematis, fungsional, dan integral untuk kemajuan pendidikan di madrasah.
Pimpinan madrasah yang memilki komitmen tinggi untuk memajukan madrasahnya akan mendorong kualitas pengalaman belajar. Para guru yang bekerjasama dengannya semakin berpartisipasi dengan penuh semangat dalam perencanaan pemanfaatan sumberdaya. Pimpinan madrasah berpengaruh besar dalam pengembangan suatu visi. Kepemimpinan yang kuat dibutuhkan untuk merealisasikan suatu perubahan.[8]

b.      Manajemen Tenaga Kependidikan
Manajemen tenaga kependidikan bertujuan mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun menyenangkan, tidak ada rasa pemaksaan dalam menajalankan tugas masing-masing. Pimpinan madarasah (manager) harus melaksankan perekrutan, pengembanagan, menggaji memotivasi personilnya guna mencapai tujuan system, membantu anggota mencapai posisi dan standar prilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan serta menyelaraskan tujuan individu dan prilaku.
Manajemen tenaga kepedidikan (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi dan penilaian pegawai.
Tenaga kependidikan hendaknya menentukan tujuan individu dan tujuan professional yang tertulis dengan baik, dapat diukur dan dapat diterapkan pada tujuan sekolah; membicarakan dengan kepala sekolah tentang tujuan yang guru buat dan dapat meyakinkannya bahwa tujuan telah dilaksankan; menjadi juru bicara untuk pekerjaan sekolah atau menjadi penghubung antara sekolah dan public dan mejandi team work yang solid dengan sesama guru.[9]


c.       Manajemen Kesiswaan
Manajemen kesiswaan adalah penataan dan pengaturan terhadap kegiatan yang berkaiatan dengan peserta didik, mulai masuk sampai dengan keluarnya peserta didik tersebut dari suatu sekolah/madrasah. Manajemen kesiswaan bukan hanya berbentuk pencatatan data peserta didik melainkan aspek yang lebih luas yang secara oparasional  dapat membantu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik  melalui proses pendidikan sekolah.
Tujuan pendidikan tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan anak, tetapi juga sikap kepribadian, serta aspek social emosional, disamping keterampilan lain. Madarasah tidak hanya bertanggung jawab memberikan berbagai ilmu pengetahuan, tetapi memberikan bimbingan dan bantuan terhadap anak didiknya baik dalam belajar, emosional maupun social, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi masing-masing. Untuk kepentingan tersebut pihak madrasah perlu menganalisa kritis tentang keadaan siswanya, sehingga dapat menemukan dan menyelseikan akar masalah dari peserta didiknya dalam berbagai hal yang berkaitan dengan kemajuan peserta didik.

d.      Manajemen Sarana dan Prasarana
Sarana dan pendidikan merupakan peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan khususnya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja kursi, serta alat-alat dan media pengajaran sedangkan prasarana merupakan fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan. Seperti taman sekolah, lapangan dan lain-lain, teapi dapat dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, misalnya praktik olahraga di lapangan sekolah, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.
Manajemen sarana dan prasana madarasah, bertujan mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kotribusi dalam pengembangan pendidikan. Keggiatan pengeloaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan, inventarisasi, dan penataan. Manajemen sarana dan prasaran yang baik diharapkan dapat menciptakan kondisi yang menyenangkan baik guru maupun murid untuk berada di sekolah.
 Sarana dan prasarana di madrasah merupakan masalah klasik yang sering menjadi “kambing hitam” atas tidak mampunya madrasah bersaing dengan sekolah-sekolah umum, di lapangan memang dalam hal sarana dan prasarana masih jauh dari yang diharapkan karena  madarasah mayoritas dikelola oleh kelompok. Namun dukungan masyarakat yang luar biasa merupakan modal utama untuk pengembangan madarash. Dengan modal ini, pengelola madrasah (kepala/guru madrasah) hendaknya menggunakan kreatifitasnya dalam memanfaatkan apa yang sudah ada ditengah masyarakat untuk melengkapi sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh madrasah.
Minimnya saran dan prasarana di madarasah, bukan dikarenkan oleh ketidakmapuan madarasah/masyarakat untuk melengkapinya akan tetapi lebih pada tidak meratanya hak untuk memperoleh pendidikan yang layak. Madrasah masih menjadi sub system pendidikan kita, untuk itu dengan manajeman yang kuat madrasah tidak lagi menjadi sekolah anak tiri.

e.       Manajemen Pengelolaan Hubungan Sekolah dan Masyarakat
Hubungan sekolah dengan masyarakat pada hakikatnya merupakan suatu sarana yang sangat berperan dalam membina dan mengembangkan pertumbuhan pribadi peserta didik. Sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat, Lembaga pendidikan dan masyarakat memiliki hubungan yang sangat erat dalam mencapai tujuan sekolah atau madarasah secara efektif dan efisien. Karena itu sekolah berkewajiban memberikan ruang bagi masyarakat untuk berpendapat tentang madarasah tempat putra-putri mereka disekolahkan. Dan pengelola madarasahpun berkewajiban untuk mensosialisasikan tujuan-tujuan, program-program, kebutuhan dari madarasah. Selama ini masyrakat di madarasah hanya dilibatkan dalam persoalan prasarana saja.
Hubungan madarasah dengan masyarakat bertujuan antara lain memajukan kualitas pembelajaran dan pertumbuhan peserta didik, memperkokoh tujuan serta madarasah, menggairahkan masyarakat untuk menjalin hubungan dengan pihak madarasah. Jika hubungan madarasah dengan masyarakat berjalan dengan baik, rasa tanggung jawab dan partisipasi masyarakat untuk memajukan sekolah juga akan baik dan tinggi. Agar tercipta hal tersebut, masyarakat perlu mengetahui dan memiliki gambaran yang jelas tentang madarsah itu sendiri.
Kepala madarasah merupakan manajer yang baik salah satu kunci untuk bisa menciptakan hubungan yang baik antara madarsah dan masyarakat secara efektif karena harus menaruh perhatian tentang apa yang terjadi pada peserta didik di sekolah dan apa yang dipikrkan oleh wali murid tentang madarasahnya. Kepala madarasah dituntut untuk senantiasa beruasaha membina dan meningkatkan hubungan kerja sama yang baik antara madarasah dan masyarakat guna mewujudkan tujuan madarash secara efektif dan efisien, lebih-lebih madarsah sebagian besar milik swasta, yang menjadi modal sekaligus kekuatannya ialah masyarakat. Penulis yakin apabila hubungan dengan masyarakat dikelola baik, akan memudahkan mencapai tujuan dari pendirian madarasah.  
f.       manajemen pelayanan khusus, dan manajemen waktu
manajamen layanan khusus meliputi manajemen perpustakaan, kesehatan, dan keamanan sekolah. Perpustakaan yang lengkap dan dikelola dengan baik dan memungkinkan peserta didik untuk lebih mengembangkan dan mendalami pengetahuan yang diperolehnya di kelas melaui belajar mandiri, baik pada waktu-waktu luang di sekolah maupun di rumah. Disamping itu juga dengan perpustakaan dapat membantu guru mengembangkan pengetahuan secara mandiri, dan juga dapat mengajar dengan metode bervariasi.
Manajemen layanan khusus lain adalah layanan kesehatan dan keamanan. Madarasah tidak hanya bertugas dan bertanggung jawab melaksanakan proses pembelajaran, mengembangkan ilmu pengetahauan, keterampilan dan sikap saja, tetapi harus menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani peserta didik. Disamping itu, madarasah juga perlu memberikan pelayanan keamanan kepada peserta didik dan para guru agar proses belajar mengajar dengan tenang dan nyaman.
Waktu  juga merupakan salah satu modal kerja yang sangat terbatas, sehingga harus digunakan secara efisien. Penggunaan waktu waktu ditengah madarasah menunjukkan belum efisien. Sabagai manajer, kepala madarasah harus mengelola waktu dengan efisien, baik tugas-tugasnya sendiri maupun sekolah secara keseluruhan.
Jika kepala madarasah mampu memimpin guru, staf TU, dan peserta didik menggunakan waktu secara efisien, maka keluhan keterbatasan waktu akan terpecahkan bahkan  tidak terdengar lagi. Kebiasaan menggunakan waktu dengan produktif oleh kepala nadarasah diharapakan dapat menjadi contoh bagi guru, TU maupun peserta didik. 

Strategi Manajemen dalam Pengembangan Madarasah
Konsep strategi berasal dari istilah militer, yang berasal dari kata Yunani strategia, yang berarti seni atau ilmu menjadi jendral. Konsep strategi mencakup komponen perencanaan dan pengambilan keputusan. Dengan menggabungkan keduanya strategi dikenal sebagai perencanaan besar (gran plan).[10] Jadi Strategi merupakan penetapan tujuan jangka panjang yang dasar dari organisasi, dan pemilihan tindakan yang tepat untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Lahirnya strategi dalam organisasi, disebabkan oleh masalah yang muncul. Masalah-masalah tersebut berasal dari dalam maupun dari luar organisasi, dalam madarasah masalah biasanya timbul dari komponen-komponen yang telah disebutkan di atas dan masing-masing daerah memiliki persoalan tersendiri, sehingga sangat penting untuk menganalisa komponen-komponen tersebut. Organisasi bertujuan untuk menyelseikan masalah-masalah, penyelseian masalah tidak dilakukan asal-asalan tapi penuh dengan analisa. Analisa yang sering digunakan untuk melahirkan perencanaan strategis ialah analisas SWOT. Proses penggunaan manajemen analisa SWOT menghendaki adanya suatu   survei internal tentang strengths ( kekuatan) dan weaknesses   (kelemahan) program, serta survei eksternal atas opportunities (peluang/kesempatan), dan threats (ancaman). Pengujian eksternal dan internal yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia
perencanaan dan pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.
Contoh pengembangan pendidikan menggunakan analisa SWOT, adalah suatu
cara yang berguna dalam menguji kondisi lingkungan tentang program
baru yang ditawarkan suatu lembaga pendidikan.[11]
Penentuan misi dan tujuan adalah awal dari perencanaan strategis. Misi merupakan maksud dari keberadaan (eksistensi) lembaga/madrasah. misi madarasah/organisasi merupakan gambaran yang akan dilkasankan oleh organisasi, misi dan tujuan akan menjawab, apa yang akan dilaksankan oleh organisasi/madarsah dan bagaimana melakukannya.
Selanjutnya, setelah tujuan madrasah/organisasi dirumuskan, tujuan strategis harus dianalisa agar sampai pada gambaran misi, tujuan dan strategi organisasi yang lebih spesifik. Selain itu juga analisa lingkungan diperlukan untuk melihat perubahan-perubahan dalam lingkungan social, pilitik, ekonomi dan lain-lain akan mempengaruhi organisasi/madarsah. Dengan memahami misi,tujuan, dan strategi organisasi, kita akan mempunyai kerangka yang dapat melihat pengaruh luar yang memiliki efek bagi madarsah/organisasi, aneka perubahan yang terjadi dalam kehidupan memberi tekanan kepada madarasah untuk merubah system pendidikannya, karena era sekarang dan era saat ini menuntut madarasah untuk memiliki daya adaptabilitas dan bermutu tinggi sehingga dapat eksis dan kompetitif lembaga pendidikan yang bermutu tinggi akan menjelma menjadi unggul.[12] Dinamika yang terjadi diluar madarasah dapat menghasilkan kesempatan maupun ancaman, tergantung bagaimana madarsah menyikapinya.
Disamping analisa lingkungan, analisa sumber daya juga harus dilakuakan untuk mengetahui kekuatan/ kelemahan sehingga hasil analisa tersebut merupakan daya saing suatu madarasah/organisasi. Sebagai contoh jika di salah satu madarasah model memilki keunggulan dalam bidang IPA, dan bila kita ingin mengunggulinya, maka kita perlu mempelajari sumber daya yang kita miliki. Apabila sudah mengetahui sumber daya yang kita milki lemah dalam IPA misalnya, kepala madarsah sebagai manajer akan berusaha bersama-sama akan menyelseikan masalah kekurangan SDM tersebut atau memilih keunggulan yang belum dimilki oleh madarasah lain.
Setelah perencanaan strategis diidentifikasi, madarasah dapat mengembangkan sejumlah alternatif strategis untuk dapat memanfaatkan peluang yang dimiliki madarasah. Strategi yang baik mencakup beberapa hal : (1) Cakupan; cakupan strategi yang menjelasakan program apa yang akan diselseikan secara terbatas atau luas. (2) Alokasi sumberdaya; strategi yang menjelaskan bagaimana alokasi sumberdaya untuk mencapai tujuan, (3) Daya Saing. Strategi harus memasukkan kemampuan yang dimiliki oleh madarsah/organisasi yang lebih baik dibandingkan pesaingnya. (4) Sinergi, sinergi harus bertujuan memanfaatkan secara optimal kemampuan yang ada.[13]
Implementasi Manajemen dalam Pengembangan Madarasah
Pendahuluan dalam tulisan ini, menyatakan bahwa ‘mundur’nya madrasah disebabkan oleh kebijakan yang tidak memihak kepada madrasah, asumsi ini ada benarnya namun hal ini tidak menjadi akar persoalaan karena sekolah-sekolah non Islam banyak yang maju dan bermutu kendati minim bantuan dari pemerintah. mengutip pendapat Prof. Sutrisno bahwa sekolah-sekolah maju dan bermutu seperti sekolah swasta yang dikelola non Islam berkembang pesat dan bermutu dikerenakan pengelolaan (manajemen) mereka yang kuat. Sementara madarasah manajemennya masih lemah.
Salah satu contoh Madarasah yang telah mampu menerapakan konsep manajemen, sehingga menjadikan madarasah tersebut sangat terkenal dan menjadi pilihan masyarakat ialah Madarasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) Malang. MIN Malang 1 adalah sebuah sekolah dasar yang bernafaskan agama Islam yang berada di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia. Awalnya, MIN Malang 1 merupakan Sekolah Dasar Latihan PGAN 6 Tahun (sekarang menjadi MAN Malang 3), kemudian pada tahun 1978 pemerintah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1978 yang berisi tentang Peraturan Restrukturisasi Sekolah yang berada di bawah naungan Departemen Agama Republik Indonesia. Dengan dikeluarkannya SK Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1978; dan Nomor 17 tahun 1978 maka Sekolah Latihan III PGAN 6 Tahun tersebut ditetapkan sebagai Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang I tepatnya pada tanggal 8 September 1978. Kemudian setahun berikutnya realisasi SK Menteri tersebut baru dilaksanakan pada tanggal 8 September 1979. Ketika berdiri pada tanggal 8 September 1979, sekolah ini hanya memiliki 6 kelas dengan kurang lebih 125 siswa dengan jumlah guru 6 orang dan seorang karyawan. Data terakhir tahun pelajaran 2002/2003 MIN Malang 1 telah memiliki 31 ruang kelas dan 1278 siswa dengan jumlah guru karyawan 85 orang.[14]
Kemajuan yang sangat luar biasa bila melihat data diatas. Kesuksesan Pengelolaan MIN 1 Malang, tidak secara langsung berhasil namun melalui proses yang serius dan intens. MIN 1 Malang mengelola dengan baik komponen-komponen sekolah seperti kurikulum dan program pengajaran. Pemberlakuan Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah menuntut adanya pelaksanaan otonomi daerah dalam pelaksanaan pendidikan. Pengelolaan pendidikan yang semula sentralistik menjadi desentralistik. Hal ini didukung dengan diberikannya wewenang kepada setiap sekolah untuk menyusun kurikulumnya sendiri yang mengacu pada Undang-Undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Sasional dan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.
Kurikulum yang disusun oleh sekolah atau dikenal dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam proses penyusunannya akan melibatkan komite madrasah sebagai cerminan dari stake holder yang ada. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan akan tersusun suatu kurikulum yang merepresentasikan kebutuhan dan kemampuan sekolah yang bersangkutan. MIN Malang 1 sudah menggunakan guru kelas mulai untuk kelas 1 - 3 dan guru bidang studi mulai kelas 4 – 6 sebagai wujud mengembangan intlektualitas, serta memberikan tambahan pembelajaran di luar jam sekolah.
 Tenaga kependidikan dan karyawan, Manajemen personalia MIN Malang 1 terdiri dari 104 orang meliputi aspek :

Rekrutmen tenaga, baik guru maupun karyawan yang dilakukan MIN Mlg 1
MIN Malang 1 dalam melakukan rekrutmen guru dan karyawan selalu terbuka dengan memenuhi persyaratan tertentu.
Pemberdayaan Personalia
Pemberdayaan personalia di MIN Malang 1 dilakukan melalui (1) persyaratan tes masuk, (2) in service training, yang berupa seminar, pelatihan disekolahkan pada jenjang tertentu, studi banding, rapat rutin tiap Jumat.
Mutasi
Mutasi personalia antar lembaga hanya berlaku bagi guru/karyawan PNS, sedang non PNS hanya dipindahkan pos kerjanya berdasarkan hasil evaluasi.
PHK
Pemutusan Hubungan Kerja akan dilakukan melalui 4 tahap :
1.      Teguran Lisan
2.      Teguran Tertulis 1
3.      Teguran Tertulis II
4.      Dan PHK.

Penggajian, system gaji di MIN Malang menganut system penggajian PNS.
            Kesiswaan, Manajemen kesiswaan MIN Malang 1 dilakukan meliputi :
a.      Rekrutmen/ Pendaftaran Siswa baru
Pendaftaran siswa baru MIN Malang 1 dilakukan berdasarkan kriteria dan seleksi tertentu sehingga diperoleh input yang berkualitas. Mengingat jumlah yang ingin bergabung dengan MIN Malang 1 cukup banyak (700-1000 org) sedangkan daya tampung terbatas.
b.      Pembentukan Karakter Siswa
Untuk membentuk karakter siswa MIN Malang 1 yang tahan banting dan berdisiplin tinggi, MIN Malang 1 membuka berbagai kegiatan di luar pembelajaran yang lazim disebut UPMB (Unit Pengembangan Minat dan Bakat) yang dapat diikuti siswa. UPMB itu adalah : Pramuka, melukis, mengarang, bahasa Inggris, Karawitan, seni tari, seni baca Qur’an dan lain-lain. 

Keuangan, Pendanaan yang digunakan untuk operasional MIN Malang 1 bersumber pada : Iuran siswa setiap bulan, Amal jariyah siswa baru, Dana bantuan pemerintah, Amal jariyah siswa pindahan
 Amal Jumat siswa, guru dan karyawan,  Zakat mal/infak/shodaqoh siswa, guru dan karyawan.
Sedangkan manajemen keuangan tersebut dilakukan dengan berpedoman:
 RAPBM (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Madrasah) yang dibuat setiap tahun berdasarkan kebutuhan MIN Malang 1 dalam tiap tahunnya.
Mengadakan LPJ (Laporan Pertanggungjawaban) yang dilakukan oleh Majelis Madrasah dan MIN Malang 1 di akhir masa jabatan MM (tiap 4 tahun sekali)
Daftar Pembayaran SPP, Amal_jariyah, dan Tabungan Siswa
Sarana dan prasarana pendidikan,  dan manajemen pelayanan khusus, dan manajemen waktu. FASILITAS MADRASAH
Sarana prasarana yang digunakan di MIN Malang 1 meliputi :
Sarana prasarana pembelajaran :
 Sarana prasarana penunjang pembelajaran :
(a) Lab. IPA
(b) Lab. Bahasa
(c) Lab. Komputer
(d) Perpustakaan
(e) Sanggar Seni
(f) Lab. Karawitan
(g) R. AVA
(h) Lab. Matematika
(i) Lab. IPS
(j) Kebun Praktik Siswa
(a) R. Tata Usaha
(b) R. UKS/BKS
(c) Unit Toko
(d) R. Aula
(e) Kantin
(f) Lapangan basket
(g) Halaman yang tamannya disetting untuk memberikan nilai tambah pembelajaran.








Dalam rangka memberikan layanan yang baik bagi seluruh siswanya MIN Malang 1 memberikan layanan khusus yang terdiri dari :
 Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan Bimbingan Konseling Sekolah (BKS). Unit ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan siswa baik fisik maupun non fisiknya.
Tambahan Belajar/Program Remidi dan Pengayaan. Program ini ditujukan kepada siswa yang normal dan yang cepat dalam belajarnya.
Unit Kantin. Unit ini berusaha memenuhi kebutuhan makan/minum sekaligus hiburan bagi siswa ketika jam istirahat berlangsung.
Antar Jemput Siswa. Walaupun tidak dikelola oleh sekolah, antar jemput yang disipilin dan bertang-gung jawab akan mendukung kelangsungan belajar siswa dengan baik. Oleh karena itu MIN Malang 1 merasa perlu menyambung tali silaturahmi dengan mereka.
Pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, di MIN Malang disebut dengan Majlis Madarasah, Komite Madrasah MIN Malang 1 sebelumnya adalah bernama BP3 (Badan Penyelenggara Pendidikan) merupakan perkumpulan orang tua siswa yang kepengurusannya dibentuk berdasarkan kesukarelaan dan keikhlasan dan disahkan dengan surat keputusan Kepala MIN I Malang
Adapun fungsi dari Komite Madrasah MIN Malang 1 ini adalah:
Fungsi umum : memenuhi dan meningkatkan kualitas sarana/prasarana pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 serta meningkatkan kesejahteraan guru dan karyawan. Fungsi khusus : memberikan saran-saran terhadap proses belajar mengajar, peningkatan kualitas lulusan, dan saran-saran lain yang berkenaan dengan peningkatan mutu sekolah.
Komite Madrasah Ibtidaiyah Negeri Malang 1 memperoleh dana dari orang tua murid, berupa amal jariyah, zakat mal, iuran siswa setiap bulan yang jumlahnya ditetapkan berdasarkan kemampuan dan keikhlasan orang tua siswa, dan sumbangan dari pihak lain. Semua kegiatan yang berkenaan dengan hal ini dilaksanakan di kantor Majelis Madrasah.
KESIMPULAN
Perjalanan panjang telah dilalui madarsah bersama persoalan-persoalannya, yakni kurang lebih satu abad dan hal ini membuktikan bahwa lembaga pendidikan madrasah telah mampu bertahan dengan karakternya sendiri, yakni sebagai lembaga pendidikan untuk membina jiwa agama dan akhlak anak didik. Karakter itulah yang membedakan madrasah dengan sekolah umum. Saat ini madarasah, dipandang “sebelah mata” oleh masyarakat. Kemunduran tersebut memunculkan berbagai macam asumsi penyebab kemundurannya, misalnya kebijakan yang menjadikan madarasah sebagai sub system pendidikan nasional, kurangya Sumber Daya Manusia (SDM) dan lain-lain. Namun, persoalan-persoalan itu bukan menjadi alasan atau penghambat untuk pengembangan madarsah.
Penulis sepakat dengan pendapat yang mengakatakan bahwa mundurnya Madarasah disebabkan oleh pengelolaan (managemen) yang belum bagus, sehingga madarasah harus mengubah/memperbaiki managemennya. Adapun komponen-komponen sekolah yang harus dikelola dengan baik yaitu kurikulum dan program pengajaran, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan hubungan sekolah dan masyarakat, manajemen pelayanan khusus, dan manajemen waktu. Komponen-kompenen itu harus di analisa dengan berbagai cara salah satunya dengan analisa SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman/tantangan), dari hasil analisa akan kita temukan berbagai macam persoalan yang berkaitan dengan madarasah. Masalah-masalah yang didapatkan akan terpikirkan ide dan strategi bagaimana permasalahan diselseikan dengan tuntas sehingga madarsah akan berkembang
Sebagai penutup tulisan ini pendapat dikemukakan oleh tokoh manajemen yang mengatakan bahwa tidak ada Negara yang tidak berkembang, yang ada adalah Negara yang manajemennya belum berkembang, begitupula bila kontekskan dalam madarsah. Madarasah tidak ada yang tidak berkembang, namun yang ada adalah madarasah yang manajemennya tidak baik dan tidak berkembang.

DAFTAR PUSTAKA
                Ibtisam Abu-Duhou, School-Based Management (terj), Jakarta : PT.Logos Wacana Ilmu, 2002.
Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional, Yogyakarta : Diva Press, Juni 2009.
Mamduh M.Hanafi, Manajemen, UPP AMP YKPN, tt.
            Muhaimin, ., et  al. Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan  Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta : Kencana, cet.II, 2009.
            Suharno, Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar Bagi Para Calon Guru, Solo : UNS Press 2008.
            Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lemabaga Akademik, Jakarta : Bumi Aksara, 2006.
            ---------------------, Otonomi Manajemen Sekolah, Bandung : Alfabeta, Maret 2010.







[1]               Mamduh M.Hanafi, Manajemen, UPP AMP YKPN, tt, hlm.,7
[2]               Ibid.,hlm.10
[3]               Prof.Dr.H.Muhaimin, MA., et  al. Manajemen Pendidikan Aplikasinya Dalam Penyusunan  Rencana Pengembangan Sekolah/Madrasah, Jakarta : Kencana, cet.II, 2009, hlm.5
[4]               Suharno, Manajemen Pendidikan Sebuah Pengantar Bagi Para Calon Guru, Solo : UNS Press 2008, hlm.20
[5]               Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional, Yogyakarta : Diva Press, Juni 2009, hlm. 164
[6]               Kualifikasi Khusus Kepala sekolah/ Madrasah Ibtidaiyah adalah : berstatus sebagai guru MI;memiliki sertifikat pendidik sebagai guru MI/SD ; memiliki sertifikat kepala SD/MI yang diterbitkan oleh lembaga yang ditetapkan pemerintah..lih. Muhaimin, MA,  Manajemen Pendidikan…..,hlm.40  
[7]               Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Pengelolaan dan Kepemimpinan Pendidikan Profesional, Jogjakarta : Diva Press, Juni 2009, hlm. 67
[8]               Ibtisam Abu-Duhou, School-Based Management (terj), Jakarta : PT.Logos Wacana Ilmu, 2002, hlm.114
[9]               Sudarwan Danim, Visi Baru Manajemen Sekolah Dari Unit Birokrasi ke Lemabaga Akademik, Jakarta : Bumi Aksara, 2006, hlm. 88
[10]             Mamduh M Hanafi, Manajemen…..,hlm.146
[12]             Sudarwan Danim, Otonomi Manajemen Sekolah, Bandung : Alfabeta, Maret 2010, hlm. 2
[13]             Mamduh M Hanafi, Manajemen…..,hlm.152  
[14]             Situs MIN 1 Malang, di akses tanggal 1 Juni 2011.